JavaScipt

Kamis, 07 Juni 2012


Kompor Bahan Bakar Sampah

Berawal dari kelangkaan bahan bakar minyak, sejumlah warga yang tergabung dalam UKM Maju Bersama Komka Kabupaten Bogor memutar otak untuk mencari bahan bakar alternatif agar tetap bisa memasak.
Aan Winata yang mengelola bisnis Komka mengatakan,sejak 2007 mereka melakukan berbagai percobaan dan terus disempurnakan selama dua tahun sampai akhirnya kompor berbahan bakar sampah siap dipasarkan.
Menurut Aan, sampah selama ini dibakar begitu saja, padahal panas yang terbuang bisa dimanfaatkan untuk memasak. Kata Aan, sampah yang bisa digunakan untuk kompor ini adalah sampah mampu bakar alias sampah kering.
Kata Aan, kompor ini bisa menggunakan bakar potongan-potongan kayu, kertas, daun, rumput, plastik, karet, arang, sekam, serbuk gergaji dan limbah rumah tangga lainnya. Aan menjamin penggunaan kompor sampah ini tidak memengaruhi hasil masakan.
“Kita sudah lakukan uji coba di laboratorium di Bogor tidak ada pengaruh apa-apa. Kita bahkan juga gunakan sampah plastik tidak berpengaruh ke masakan,” kata Aan.

Dia menambahkan, Komka HRP 2009 memiliki keunikan dibanding dengan kompor-kompor yang pernah ada sebelumnya, karena api yang dihasilkan tidak nampak kepermukaan alat masak dan tidak mengepulkan asap yang berlebihan. Panas yang dihasilkan tetap stabil dan bisa mencapai 600 derajat celcius.
Kompor sampah ini punya ukuran hampir sama dengan kompor biasa dengan diameter 30 sentimeter dan tinggi juga 30 cm. Kompor ini terbuat dari baja ringan. Plat ini mempunyai sifat menyimpan panas, tapi tahan api, dan karat. Beratnya hanya 3,5 kilogram dan mampu menampung beban hingga 150 kilogram.
Harga kompor ini per unitnya 160 ribu rupiah. Menurut Aan, hingga kini sudah terjual sekitar 8000 unit. Aan mengklaim kompor ini sudah sampai ke Papua. Dia menegaskan, kompor bahan bakar sampah ini ramah lingkungan dan anti meledak.
Sementara Eko Widaryanto,  dosen Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur berhasil menciptakan kompor yang menggunakan energi biji jarak. Kompor ini dapat menjadi alternatif warga untuk beralih dari penggunaan kompor berbahan baku minyak tanah atau gas.
 Eko mengatakan, setelah adanya program konversi dari minyak ke gas banyak pabrik pembuat kompor yang gulung tikar. Kemudian Eko punya ide untuk memodifikasi kompor minyak menjadi kompor berbahan bakar biji jarak.
Tujuannya, kata Eko, untuk memberdayakan lagi pabrik-pabrik kompor itu. Selain itu juga memanfaatkan energi terbarukan yang sudah ditanam masyarakat. Kompor jenis ini juga akan dikembangkan untuk bahan bakar nabati lainnya.
Kompor  ini telah diujicoba. Api kompor itu mampu menghasilkan nyala berwarna biru, dibandingkan dengan kompor yang menggunakan bahan bakar gas atau minyak tanah.
“Untuk menyalakan kompor selama dua jam perlu biji jarak sebanyak 250 gram. Jika dihitung satu kilo jarak pagar hanya seribu rupiah, maka akan sama dengan nyala kompor selama 6 jam. Lebih murah dibandingkan penggunaan minyak tanah,” katanya.
Eko menambahkan, tampilan kompor yang diberi nama UB-16 dan UB-16-S ini sama dengan kompor minyak tanah biasa, sehingga masyarakat sudah terbiasa menggunakannya. Bedanya hanya sumber apinya saja. Kompor ini juga tidak memiliki sumbu. Nyala api diatur dengan memanfaatkan sirkulasi udara.
“Jadi tidak usah diolah. Kompor kita buka kemudian biji jarak dimasukkan, kemudian diberi pemicunya seperti spirirus, kompor itu sudah bisa menyala. Api kompor bisa dikecilkan atau dibesarkan dan pastinya tidak meledak,” tambah Eko.
Eko menjual kompor ini dengan harga  50 ribu hingga 75 ribu rupiah. Dia mengaku hingga saat ini banyak pesanan datang dari luar pulau Jawa. Seperti Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara Timur, serta Nusa Tenggara Barat hingga Timor Leste. Dia juga sudah mempresentasikan kompor ini di Cina Juli lalu.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Mohon imformasi dimana sy dpt membeli kompor tsb. Tlg kirim sy no tlp yang bisa sy hubungi.trims